Kisah Cinta Semasa SMA: Dibatas Kenangan & Pelajaran
Masa SMA sering dianggap sebagai salah satu fase paling berkesan dalam hidup seseorang. Di sinilah kita mulai belajar banyak tentang persahabatan, tantangan akademik, dan tak jarang, tentang cinta pertama. Bagi sebagian orang, kisah cinta semasa SMA adalah pengalaman yang manis dan penuh kenangan. Begitu juga dengan cerita ini, yang menggambarkan bagaimana perasaan cinta pertama mengisi hari-hari seorang remaja dengan harapan, canda, tawa, dan kadang-kadang air mata.
Cerita ini dimulai ketika Raditya Adly , seorang siswa kelas dua SMA yang biasa-biasa saja, secara tak terduga bertemu dengan Nadjiwa Destyana Permata, seorang siswi baru yang pindah dari sekolah lain. Djiwa memiliki aura yang berbeda, menarik perhatian banyak orang di sekolah, termasuk Adly yang selama ini cenderung lebih fokus pada pelajaran. Tidak seperti anak-anak lain yang terpikat oleh kecantikannya, Adly justru tertarik oleh kepribadiannya yang ramah dan cerdas. Awalnya, mereka hanya sebatas teman sekelas yang sering berdiskusi soal tugas dan ujian. Namun, lambat laun, rasa nyaman mulai tumbuh di hati Adly.
Adly merasa djiwa berbeda dari teman-teman perempuannya yang lain. Ketika mereka berbicara, djiwa selalu mendengarkan dengan penuh perhatian. Dia bisa diajak bicara tentang banyak hal, mulai dari pelajaran hingga mimpi-mimpi mereka di masa depan. Djiwa juga tidak pernah segan membantu Adly ketika ia kesulitan dalam pelajaran, terutama matematika, yang memang menjadi kelemahan Adly.
Hari-hari berlalu, dan Adly menyadari bahwa perasaannya terhadap djiwa semakin dalam. Namun, ia merasa ragu untuk mengungkapkannya. "Bagaimana jika dia tidak merasakan hal yang sama?" pikir Adly. Dia takut merusak hubungan persahabatan mereka yang sudah terjalin dengan baik. Selama berminggu-minggu, Adly memendam perasaannya, tidak berani untuk mengambil langkah lebih jauh. Dia selalu menunggu momen yang tepat, yang sayangnya, tidak pernah datang.
Suatu hari, saat pulang sekolah, Adly memberanikan diri untuk mengajak djiwa berbicara secara pribadi. Mereka duduk di bawah pohon besar di taman sekolah, tempat favorit mereka untuk menghabiskan waktu istirahat. Dengan gugup, Adly mulai berbicara. “djiwa, aku sudah lama ingin bilang sesuatu,” ucapnya, menatap djiwa yang tampak tenang. “Aku suka sama kamu.”
Djiwa terdiam sejenak, tampak terkejut. "Adly... aku sebenarnya juga punya perasaan yang sama," jawabnya pelan. "Tapi aku tidak tahu apakah ini waktu yang tepat. Aku baru saja pindah ke sekolah ini, dan aku masih banyak menyesuaikan diri."
Mendengar itu, Adly merasa lega sekaligus bimbang. Meski djiwa merasakan hal yang sama, ia sadar bahwa mereka masih muda dan banyak hal yang perlu dipikirkan ke depannya. Djiwa pun mengungkapkan hal serupa. Mereka sepakat untuk tetap berteman, menjaga hubungan mereka seperti biasa tanpa terburu-buru masuk ke dalam hubungan yang lebih serius.
Tanpa mereka sadari waktu berjalan begitu cepat, meski tidak ada status resmi sebagai sepasang kekasih, hubungan mereka semakin erat. Mereka saling mendukung, baik dalam hal akademik maupun kehidupan sehari-hari. Banyak momen manis yang mereka lalui bersama, mulai dari belajar bersama untuk ujian, hingga jalan-jalan santai setelah pulang sekolah. Namun, pada akhir tahun ajaran, djiwa harus pindah ke kota lain karena pekerjaan ayahnya.
Perpisahan itu begitu berat bagi Adly. Meskipun mereka berjanji untuk tetap berhubungan melalui pesan singkat dan media sosial, Adly tahu bahwa hubungan jarak jauh tidak akan mudah. Namun, ia berusaha untuk tetap optimis. “Mungkin ini hanya sementara. Siapa tahu, suatu hari kita akan bertemu lagi,” pikirnya.
Seiring berjalannya waktu, komunikasi mereka mulai berkurang. Djiwa semakin sibuk dengan lingkungan barunya, sementara Adly mulai fokus pada persiapan ujian akhir. Meskipun demikian, kenangan tentang djiwa tetap melekat dalam ingatan Adly. Dia belajar bahwa cinta semasa SMA adalah tentang belajar mengenal perasaan, tentang bagaimana mencintai tanpa harus memiliki, dan bagaimana menghargai setiap momen yang ada.
Tahun-tahun berlalu, dan Adly pun lulus dari SMA. Dia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bertemu dengan orang-orang baru, dan mulai mengejar mimpinya. Meskipun hubungan dengan djiwa tidak berjalan seperti yang dia harapkan, Adly tetap menyimpan kenangan itu sebagai bagian dari perjalanan hidupnya. Cinta pertama itu mengajarkannya banyak hal tentang kesabaran, pengorbanan, dan arti persahabatan.
Kini, ketika Adly melihat kembali masa-masa SMA-nya, dia tersenyum. Kisah cintanya dengan djiwa mungkin tidak berakhir seperti dalam film-film romantis, tapi itu adalah salah satu bagian terpenting dari hidupnya. Cinta pertama selalu memiliki tempat istimewa dalam hati setiap orang, dan bagi Adly, djiwa adalah bagian dari kenangan manis yang akan selalu dia ingat.
Kisah cinta semasa SMA memang seringkali sederhana, namun penuh dengan makna. Di usia yang masih muda, kita belajar banyak tentang perasaan, tentang bagaimana menjalin hubungan, dan tentang bagaimana menghargai orang-orang di sekitar kita. Meskipun cinta pertama tidak selalu berakhir dengan bahagia, pengalaman itu tetap menjadi bagian penting dari perjalanan hidup kita.
Kisah Cinta Semasa SMA: Dibatas Kenangan & Pelajaran
Reviewed by chiara
on
September 13, 2024
Rating: 5